Jakarta – Joan Mir nyaris gagal masuk sepuluh besar di Grand Prix MotoGP Qatar. Pembalap Repsol Honda itu menjadi yang terbaik di antara pabrikan Jepang dengan finis di urutan ke-11 pada balapan kemarin di Losail.
Pembalap Spanyol itu mengatakan kepada pers bahwa dia senang dengan penampilannya: “Tidak buruk. Sejujurnya, katakanlah saya senang, karena saya membuat… lap pertama yang lumayan, saya menyalip cukup banyak pembalap – saya start di posisi ke-18 atau apa pun.”
“Dan kemudian saya sangat dekat dengan orang-orang di depan, saya bisa melihat kelompok depan. Saya mengendalikan ban dengan baik dan segalanya, saya berada di belakang Fabio [Quartararo] sepanjang balapan”.
Baca Juga : Marc Márquez : ‘Setiap Atlet Mempunyai Momennya Masing-Masing’
Pada tahap akhir, Mir berusaha untuk menyalip lawannya, dan mengakui bahwa hal itu akhirnya menyulitkannya di kemudian hari: “Kemudian, di lima lap terakhir, saya memutuskan untuk menyalipnya karena saya pikir saya memiliki sesuatu yang lebih. Saya mulai menekan, saya membuka jarak satu detik dan kemudian mematikan ban.”
“Dalam dua lap terakhir saya melawan semua yang saya lakukan di lima lap terakhir. Tapi saya bisa berjuang sedikit, saya bisa menikmati sedikit, bertarung dengan piala Jepang [Honda dan Yamaha] – bahkan memimpin piala Jepang.”
“Tapi kemudian saya terlalu optimis di lima lap terakhir. Saya tidak menyangka ban akan mengalami penurunan sebesar itu, namun memang benar bahwa kami tidak mencatatkan 22 lap berturut-turut pada tes apa pun. Jadi kami melihat di sini bahwa kami harus menangani perangkat elektronik dengan cara yang berbeda, atau lebih konservatif, pada balapan. Tapi kami belajar beberapa hal, kami mendapat informasi bagus”.
Kini, juara tahun 2020 itu mengharapkan solusi baru pada motornya di GP Portugal: “Saya pikir pada balapan berikutnya kami akan mendapatkan beberapa hal baru yang kami minta dalam tes. Dan jika treknya lebih cocok dengan motor kami, mungkin kami bisa mengambil langkah lain. Di sini, jika kami mendekati sepuluh besar dengan motor kami, itu bukan sebuah bencana”.