Jakarta – Francesco Bagnaia mengatakan perbedaan antara dirinya dan Jorge Martin yang membuatnya memenangkan gelar MotoGP kedua berturut-turut, adalah jenis balapan yang menjadi spesialisasi mereka.
Martin memenangi sembilan balapan sprint dibandingkan Bagnaia yang empat kali, namun pada grand prix Minggu, Bagnaia menyelesaikan musim dengan rekor 7-4 atas pebalap Pramac itu.
Konsistensi Bagnaia, bersama dengan kemampuannya menemukan kecepatan yang cukup pada hari Minggu untuk menjadi kompetitif di setiap balapan, pada akhirnya terbukti terlalu berat bagi Martin.
Mengulang kembali musimnya, Bagnaia mengatakan kepada MotoGP.com: “Ini adalah perjalanan yang panjang musim ini. Secara mental, itu sangat menuntut. Saya pikir ini luar biasa untuk semua yang kami lakukan.
“Kami memulai dengan cara terbaik selain dari Argentina dan Austin di mana saya mengalami kecelakaan. Namun di paruh kedua musim ini, setelah Barcelona, saya mulai kesulitan.
“Ini adalah salah satu momen tersulit dan tersulit dalam karier saya. Sehari setelah Barcelona saya hancur total.
“Saya bahkan tidak bisa beranjak dari tempat tidur. Itu tidak mudah tetapi kami banyak mendorong sisi mental dan satu hal yang tidak ingin kami lakukan adalah berbagi terlalu banyak kepada media dan masyarakat karena masyarakat tidak selalu dapat memahami segalanya. Saya tidak ingin punya alasan apa pun.”
Perjuangan Martin untuk meraih gelar mulai meningkat pada saat yang sama ketika Bagnaia mengalami cedera brutalnya di Catalunya.
Namun meski mengalami cedera di kakinya, Bagnaia menampilkan beberapa penampilan dan hasil terbaiknya tahun ini di balapan berikutnya, yang sekali lagi terbukti sangat penting dalam kampanye gelarnya.
Berbicara tentang paruh kedua musim ini, Bagnaia menambahkan: “Sejak saat itu Jorge menjadi super cepat. Dia menunjukkan bahwa dalam beberapa momen dia menjadi yang tercepat dan dalam balapan sprint dia sangat kuat.
“Balapan sprint adalah soal menjadi yang tercepat, namun menang di hari Minggu berarti menjadi yang terkuat. Kami juga menunjukkan bahwa kami adalah yang terkuat.”